Helooo… ini ada cerpen
barukuu.. Hope you like it!
Aku
selalu memperhatikannya. Setiap hari bahkan setiap waktu. Aku bukan hanya
mengaguminya, bahkan menyayanginya.
Oh ya, namaku Ify. Di sekolah aku hanya gadis biasa.
Memang aku banyak dikenal guru karena kepintaranku. Bukan bermaksud sombong.
Menurutku aku memang hanya gadis biasa. Teman-temanku bilang aku ini luar
biasa. Hah?
Ya, kata mereka aku ini cantik, pintar, kaya,
berbakat. Huff.. Apa mereka hanya memuji saja? Tau sendiri bagaimana seorang
sahabat kan? Terkadang, aku sering membanding-bandingkan diriku dengan Zahra.
Dia termasuk cewe popular di sekolahku, maklum dia itu model. Zahra juga salah
satu mantan cowo yang sedang kuperhatikan ini. Ah sudahlah! Malas rasanya
membahas tentang itu.
“Ify,
lo move on kek. Capek sendiri gue ngeliat
lo merhatiin Riooo mulu” ujar Shilla,
“iya Fy. Kita kan udah sering ngomong, lo tuh
cantik, pintar, baik. Banyak kan yang
ngantri jadi cowo lo, tapi lo tolak Cuma gara-gara dia. Lagian diantara kita
bertiga Cuma lo nih yang ngejomblo” timpal Via. Ya, diantara kami memang hanya
aku yang tak punya pacar alias single,
“kalian mah gampang ngomong move on. Bayangin nih ya, gue sama Rio tuh dulunya akrab, pas SD
sih emang. Tapi setelah SMA kita beda kelas, dia jadi cuek gitu. Gue juga
bingung sih. Huff… miris ya gue” aku jadi lemas mengingat nasibku. Mencintai
seorang cowo selama 3 tahun tanpa ada balasan,
“yang sabar ya Fy. Kalo Rio jodoh lo, gue yakin kok
ngga akan kemana” Via tersenyum sambil merangkulku,
“thank’s ya guys”
“that’s what
friend are for”
***
December,
14th 2013
Dear diary…
Hari
ini, aku masih menguntitnya. Hihi, kasian sekali ya aku diary. Kapan ya dia
bisa melihat ke aku. Kira-kira dia nganggep aku apa ya Diary. Aku sering
membayangkan aku bisa akrab lagi dengan Rio. Cowo itu susah ditebak sih. Sekedar
akrab atau menjalin persahabatan pun aku pasti sangat senang. Tapi ya sudahlah,
bener apa kata Via. Kalau jodoh pasti ngga akan kemana kok
Love,
Ify
Ify
Aku menutup diaryku. Kalau di rumah, aku memang
selalu curhat ke diaryku. Bunda? Bunda terlalu sibuk sama kerjaannya, Papa
apalagi. Makanya mereka jarang ke rumah. Tapi aku bukan anak yang kekurangan
kasih sayang lho. Bunda setiap hari nelfon untuk sekedar menanyakan kabarku
saja.
Aku
meraih iPhone di sebelahku dan langsung membuka akun twitterku. Ku search sebuah nama. @adrianAlRio.
Tweets terakhirnya 1 desember.
Helo
Desember!
Aku tersenyum sendiri
melihat tweetsnya. Ya, sejak kelas 10 ini ntah kenapa aku menjadi stalkernya. Tapi tak apalah. Selama aku
tidak menganggu nggak masalah dong?
Ting!
Ku lihat notification
handphoneku ada sms dari Via.
>>>>>>
From: Via
Fy, Shilla ngajak ke
PIM nih. Ikutan ya?
<<<<<<
To: Via
Oke. Gue jemput lo ya
>>>>>>
From: Via
Sip!
Aku segera mengganti
bajuku. Baju putih dengan kancing dipadu rok kuning polkadot putih seatas
lutut. Sip! Aku menyisir rambut seadanya dan mengambil tasku lalu turun.
***
Aku menghentikan Jazz merahku di
depan rumah Via. Kulirik jam di moboilku. 13;30. Huff… Perutku sudah mulai demo
di dalam sana, “hai! Hehe sorry telat. Abis tadi sepatu gue nggak keliatan,
hehe” Via yang tiba-tiba sudah membuka pintu mobil langsung ngceh. Aku mulai
menjalankan mobilku,
“lama deh lo. Udah laper gue nih, ntar makan dulu ya”
“oke bos”
***
Kami tiba
di PIM dan langsung mencari food court
terdekat,
“mm.. situ aja yuk!” Shilla menarik tanganku,
“eh, eh. Via?”
“udah biarin dia pacaran sama handphonenya” aku mengikuti Shilla
saja. Hihi. Ku lihat Via yang masih asik berdiri di tempatnya. Ntah apa yang
dilihatnya di dalam handphonenya,
“Fy, Shil, gue baru li…” kata-katanya terhenti saat melihat
siapa orang di depannya yang ia tepuk bahunya. Seorang bapak-bapak gendut
dengan wajah sangar. Via meelan ludahnya,
“ma.. maaf Pak” ia langsung lari menyusul kami yang sudah
tertawa di dalam café.
***
“Ngeselin
lo bedua!” Via duduk di sebelahku. Kami berdua masih asik tertawa-tawa. Wajah Via
masih ditekuknya, hihi,
“cieee… Vio sekarang seleranya bapak-bapak yaa” ledek Shilla
dan kembali tertawa,
“ih Shilla apa deh lo!”
“hahah… Udah mending kita pesen. Mbak!” aku memanggil
seorang waitress. Waitress itu mendatangi meja kami,
“selamat siang pesan apa Mbak?”
“mm… saya pesan steak ayam sama milkshake strawberry. Kalian
apaan?” aku menolehkan pandanganku kearah dua temanku,
“mm… gue samain deh, tapi minumnya lemon tea ya mbak. Lo
apaan Vi? Udahan napa ngambeknya”
“iya iya. Gue, mm… beef steak mbak, sama orange juice”
“berarti steak ayam 2, beef steak satu. Minumnya strawberry
milkshake, lemon tea, sama orange juice”
“iya”
“baik, silahkan ditunggu” waitress tadi kembali ke dapur
membuatkan pesanan. Shilla kembali asik menggoda Shilla yang akhirnya ngambek
lagi. Hihi. Ada-ada aja memang.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru sudut café.
DEG!
Mataku langsung berhenti berkedip. Jantungku
berdetak lebih cepat dan nafasku tercekat. Di depan mataku. Saat ini. Aku dapat
melihat jelas dari kaca jendela café ini, Rio dan Zahra yang sedang asik
berjalan dengan mesranya. Rio merangkul Zahra dan mereka tertawa bahagia. Tak
terasa air mataku mengalir. Tuhan, cobaan apa lagi ini? Apa mereka balikan?
“Fya.. Lo kenapa?” Via menyentuh lenganku. Tak ada
respon dariku,
“Ify, lo nangis?” kali ini Shilla ikut bicara. Aku
yang sudah tidak tahan langsung beranjak dari tempat itu. Aku berlari keluar
café tak kuasa menahan air mataku. Kedua sahabatku kebingungan disana,
“lho, Fy. Ify!”
Author
P.O.V
“dia ngeliat apaan sih Shil?”
“tauk gue juga bingung” Shilla mengikuti arah
pandang Ify tadi. Mulutnya menganga menyadari apa yang dilihat Ify tadi,
“cowo itu lagi. Ck!” Shilla langsung berlari
mengejar Ify sebelum Ify jauh,
“lah Vi! Vi! Kenapa gue ditinggalin” Via yang kebingungan ikutan
pergi dari situl
“eh mbak! Mbak!” Via menoleh merasa dirinya
dipanggil. Ternyata waitress tadi sudah dating membawa nampan berisi pesanan
mereka,
“aduh mbak pesanannya batalin aja deh saya buru-buru
deh. Maaf mbak” Via segera berlari keluar café,
“lah mbak trus ini gimana? Mbak! Mbak!” waitress
tadi menatap kesal kearah Via yang sudah menjauh dan kembali ke dapur.
***
BRAAKK!!!
Ify membanting pintu kamarnya sesampainya ia di
kamar. Bik Inah di bawah sudah bingung dan ketakutan melihat majikannya seperti
itu. Tk lama kemudian muncullah Via dan Shilla yang datang buru-buru,
“Ify!”
“non, itu non Ify kenapa?”
“aduh Bik kita juga bingung ini. Kita susulin ke
kamar ya?”
“iya non iya” Via dan Shilla segera berlari ke kamar
Ify.
***
Tok,
tok, tok,
“Fy.. Ify..” Via memanggil-manggil Ify dari luar. Ia
terus mengetuk pintu kamar Ify,
“Fy buka pintunya dong Fy. Ini gue sama Shilla” tak
terdengar sahutan. Hanya terdengar suara isakan dari dalam sana. Mereka
menghela nafas. Kasihan Ify,
“coba buka aja Vi. Siapa tau ngga dikunci” usul Shilla
berbisik. Via mengangguk dan langsung membuka pintu kamar Ify perlahan.
Via
dan Shilla mendekati tempat tidur Ify. Tampak disana Ify yang berbaring
menghadap kearah jendela. Ia membelakangi Via dan Shilla. Suara isakannya masih
terdengar, malah semakin parah. Via menatap iba sahabatnya itu,
“Ify, lo kenapa Fy? Cerita dong sama kita” bujuk Shilla,
“hiks.. hiks.. gue sakit Shil. Gue ngga sanggup kalo
gini terus”
“hh.. y.. yaa, makanya lo duduk yang tenang,
sekarang lo beShilti nangis lo`cerita sama kita. Kalo gini kan kita bingung Fy”
Via berkata lembut. Akhirnya, Ify menurut dan duduk menghadap kedua temannya
yang kini sudah duduk di dekatnya juga. Wajah Ify sudah sembab,
“sekarang lo cerita sama kita”
Ify menarik nafas panjang dan menghembuskannya,
“Rio” satu nama itu. Mereka langsung mengerti
disanalah permasalahannya. Ify memang terlalu kuat dengan kisah cintannya yang…
miris.
“gue.. hiks.. gue liat dia tadi sama Zahra. Mereka
udah balikan kali ya?” ucap Ify parau,
“Fy, lo denger gue” Via meraih tangan Ify dan
menggenggamnya,
“cowo di dunia ini tuh banyak banget, bukan Cuma Rio.
Banyak juga cowo yang nembak lo, lo tolak semua. Berapa tahun lo udah naksir
sama Rio, sayang sama Rio, tapi dianya gitu. Buat apa Fy?” suara Via melembut
diakhir,
“…” Ify terdiam. Sepertinya apa yang dikatakan Via
memang benar. Tapi ia terlalu cinta dengan Rio,
“kita sahabat lo Fy. Lo bisa cerita apa pun ke kita
dan kapan pun” ujar Shilla kali ini,
“gue udah pernah bilang kan, kalo Rio emang jodoh
lo, kalian pasti akan ketemu” Ify masih terdiam. Kembali mencerna kata-kata
keduanya. Detik berikutnya, ia langsung menghambur ke pelukan
sahabat-sahabatnya itu. Via dan Shilla memang sahabat yang sempurna,
“guys, thank
you so much for everything. Gue ngga tau lagi kalo kalian berdua ngga ada
disini dan nenangin gue, makasih banget” ia lalu melepas pelukannya dan menatap
keduanya,
“mulai saat ini, ngga boleh lagi ada air mata yang
jatuh dari mata lo. Sayang buang-buang air mata cuma kaShilla cowo kaya Rio” Shilla
tersenyum kearah Ify yang kini ikut tersenyum,
“iya gue janji”
“pinky swear?”
Shilla mengacungkan kelingkingnya,
“pinky swear”
Ify mengaitkan kelingkingnya. Inilah yang namanya persahabatan. Selalu ada
dikala senang mau pun susah. Selalu membantu disaat susah dan memberikan solusi
terbaik.
Jika
aku bukan jalanmu
Ku
berhenti mengharapkanmu
Jika
aku memang tercipta untukmu
Ku
kan memilikimu
Ntah
sudah berapa jam Ify menunggu Miss Winda yang tak kunjung datang. Tadi Miss
Winda membuat janji bertemu di sekolah jam 3 sore. Dan sekarang sudah jam
setengah empat sore. Huff.. Kenapa sore ini jadi panas?
Ify tampak manis dengan baju biru polos tanpa lengan
dipadu jeans panjang dan cardigan putih. Rambutnya ia biarkan tergerai,. Hari
ini Miss Winda akan membicarakan soal lomba nyanyi antar sekolah bulan depan. Ify
kembali melirik jam tangannya, “duh.. Miss Winda jadi dateng ngga sih?”
tanyanya kesal. Tak lama, handphone Ify bergetar menandakan ada sms. 1 new
message.
>>>>
From: Miss Winda
Ify maaf sebelumnya saya baru bisa kabarin kamu
sekarang. Anak saya sakitdan tidak mungkin untuk bertemu kamu hari ini. Besok
kita bicarakan di sekolah saja. Terima kasih Ify
<<<<
To: Miss Winda
Nggak papa Miss, semoga anak Miss cepat sembuh
“Haduuhh… Udah nunggu, pake batal lagi, ck!” Ify
berdecak kesal. Tiba-tiba, sebuah es krim tersodor di depan Ify. Ify
mengerutkan dahinya bingung. KaShilla penasaran, ia mengangkat kepalanya dan
mendapati…
Oh
God!
Mimpi apa Ify tadi malam? Hari ini pemuda itu datangg dengan wajah manisnya
memberikan Ify es krim coklat favorit Ify. Dia Rio!
“b.. buat gue?” tanya Ify tergugup. Rio mengangguk
yakin lengkap dengan senyuman mautnya. Tuhan… bisa-bisa jantung Ify bocor,
“t.. thank’s” masih dengan cara bicara yang sama. Rio
lalu duduk disebelah Ify sambil membuka es krim miliknya,
“nungguin siapa Fy?” tanya Rio menoleh,
“hah? Oh, gue lagi nunggu Miss Winda tadi ada
urusan, tapi di batalin, anak beliau sakit” Rio manggut-manggut,
“kok lo sombong sih Fy?” tanya Rio dengan tampang
polos. Hey pemuda manis! Sangat tidak mungkin jika saya menyapa anda duluan,
“hah? Lo kali yang sombong” Ify mencoba tersenyum
sambil tertawa kecil. Ia mulai memakan es krimnya juga,
“dih, gue tuh ramah dan sangat murah senyum kepada
siapa saja yang lewat lho” Ify tertawa mendengar penuturan Rio barusan. Tidak
ada kecanggungan sama sekali saat Rio yang berbicara. Sejurus kemudian, mereka
berdua hanya terdiam. Tak tahu harus ngomong apa,
‘duh, awkward banget sih!’ batin Ify kesal,
“Yo..” panggil Ify memecah keheningan,
“yah?”
“ng.. Kok, lo tiba-tiba baik gini sama gue?”
tanyanya ragu,
“tiba-tiba baik?” tanya Rio bingung. Dahinya
berkerut. Buru-buru Ify memperbaiki kata-katanya,
“ah, maksud gue, kok tiba-tiba nyamperin gue gitu
lho. Kan sebelumnya kita…”
“ngga pernah ngomong” Rio menyambung kata-kata Ify
yg sudah ditebaknya. Ify mengangguk pelan,
“ya, kira-kira gitu. Setelah kita beda kelas”
“ehm, udah lama juga ya Fy. Okey, gue harus jujur.
Sebenernya gue juga penasaran sama lo. Masa Cuma kaShilla kita pindah kelas
kaya orang gak kenal gitu. Gue juga kangen Fy waktu kita masih akrab dulu,
hihi. Masih cupu banget lagi” apa katanya tadi? Kangen? Ify nggak nsalah dengar
kan?
“Fy..” Rio membuyarkan lamunan Ify,
“ya?”
“kok lo malah diem sih?”
“oh, sorry sorry” Ify tersenyum kecil,
“bisa kita ulang semua dari awal. Dari mulai pertama
kita kenal dulu” ujar Rio menatap mata Ify dalam,
“…” Rio mengulurkan tangannya,
“kenalin, namaku Rio. Nama kamu siapa?” Ify yg masih
bingung hanya bisa menahan tawa dan menjabat tangan Rio,
“namaku Ify. Sekarang kita temen?”
“ya, sekarang kita temen” keduanya tersenyum lalu
tertawa. Pada akhirnya. Ify bisa menyentuh tangan Rio. God, it’s like a dream.
***
“Ify!”
Ify yang pagi itu baru tiba di sekolah langsung menoleh. Rio.
“eh, hai Yo. Pagi”
“pagi Fy. Sendirian aja? Temen-temen lo mana?”
“belum pada dateng mereka jam segini. Apa lagi si Shilla
tuh”
“ke kelas baShilg yuk”
“ee.. boleh” keduanya pun berjalan berdampingan
menuju kelas. Sekali lagi Ify tersu bersyuukur bisa seakrab ini dengan Rio.
Kalau tak ingat ia sedang bersama Rio sekarang, mungkin Ify sudah
melompat-lompat tak karuan disini.
***
Ify
masuk ke kelas dengan senyum mengembang di bibirnya usai Rio masuk ke kelas
cowo itu juga. Hey, siapa sangka Via dan Shilla sudah tiba terlebih dahulu.
Mereka cengo sambil menatap Ify dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Bibir
mereka hampir jatuh malah,
“hai guys!” sapa Ify ceria. Tak ada respon. Ia
melambaikan tangannya di depan wajah keduanya,
“helloo.. lo bedua kenapa sih?” tanya Ify bingung.
Tak lama, keduanya tersadar dan langsung menarik tangan Ify,
“IKUT KITA!!”
***
Setelah
pasrah ditarik paksa oleh Via dan Shilla, Ify didudukkan di kursi taman sekolah
mereka. Keduanya menatap Ify yang harus siap diinterogasi, “ini kenapa sih?”
“sekarang lo jelasin sama kita!” pinta Via,
“jelasin apaan?”
“ga usah pura-pura bego deh Fy. Ya soal Riolah” Shilla
sudah gemas ingin mendengar cerita Ify,
“oohh itu. Jadi kemaShil,…” meluncurlah cerita Ify
soal kemarin. Dari mulai janji dengan Miss Winda yang batal, percakapannya
dengan Rio –yang tentunya tidak sepenuhnya diceritakan- juga sampai pagi ini.
Kedua sahabat Ify dengan seksama mendengarkan cerita Ify tanpa menyela sedikit
pun.
“oohh… jadi ceritanya lo bedua itu memulai lembaran
baruuu?” ujar Via usai Ify cerita,
“yaa… gitu deh”
“seneng dong lo” goda Shilla usil,
“dih, apa coba”
“cieee… yang cintanya akhirnya terbalaskan”
“cieee… yang pipinya merah. Aduuhh..”
“apa deh lo bedua! Udah ah gue mau ke kelas” Ify
langsung berdiri menuju kelas. Jika ia tetap disitu, bisa-bisa Ify terus menjadi
bahan ledekan kedua sahabatnya itu.
“eh Fy, tungguin kita!”
***
Sore
itu. Kembali di sekolah. Tampak Ify yang sedang duduk dekat Miss Winda dengan
sebuah lirik di tangannya. Ify tampak santai dengan kemeja biru tua sesiku dan
celana jeans panjang. Rambutnya segaja diikat keatas agar tidak panas,
“well, I think
enough for today. Terus latihan ya Fy, ntar kompetisi gak terasa lho”
“iya, pasti Miss”
“kalau gitu saya duluan ya Fy” Miss Winda tersenyum
seraya meraih tasnya,
“iya Miss” Ify membalas senyuman beliau lalu
memasukkan lirik tadi ke dalam tasnya. Ify ikut meninggalkan ruang music.
***
Ify
berjalan melewati lapangan basket. Disana ada banyak anak-anak basket yang
sedang latihan. Tidak ada maksud untuk melihat Rio sih sebenarnya, tapi Rio
sendiri pun sedang latihan disana. Ify hanya melihat sebentar lalu berjalan
lagi,
“Fy! Fy!” tiba-tiba terdengar suara Rio yang
memanggil Ify,
“eh, ada apa Yo?” tanya Ify,
“kok lo disini sih? Pasti lo ngeliatin gue ya?”
tuduh Rio dengan pedenya. Keringat masih mengucur di pelipisnya. Oh God! He’s cool!
“dih, apaan lo pede banget! Gue abis latihan sama
Miss Winda kok”
“oohh.. Buat lomba itu ya? kapan sih?”
“bulan depan” Rio manggut-manggut,
“mm.. gue harus dateng deh kayaknya. Oh iya, lo
pulang sendiri?” tanya Rio lagi memastikan,
“yap”
“pulang sama gue aja yuk, ini juga udah selesai kok.
Gue ganti dulu oke?”
“ng.. okey, gue tunggu di depan ya”
“sip!” usai mengacak poni Ify, Rio segera berlari
mengganti bajunya.
***
Hari
ini, hari dimana Ify akan tampil di depan banyak orang juga orang-orang
penting. Ia mewakili sekolah dalam kompetisi ini. Ya, lomba nyanyia antar
sekolah sudah dipersiapkan Ify dan Miss Winda sebaik mungkin.
-back stage-
“Jangan
terlalu gugup ya Fy, ntar nyanyinya jadi jelek lho” Miss Winda berusaha
menenangkan Ify. Ify hanya tersenyum tipis lalu menggosok-gosokan kedua
tangannya seperti menghilangkan hawa dingin. Ya, itu cara Ify jika ia gugup.
Ting!
Ify
melirik iPhonenya. Ada sms dari..
From: Rio
Good luck Ify! Gue d kursi penontn gue sama yg lain
dukung lo trus lho! Give your best performance girl J
;)
Seperti
mendapatkan semangat baru usai Ify mendapatkan sms dari Rio. Ya, ia harus
memberikan yang terbaik. Untuk sekolah dan juga untuk dirinya.
***
“Dan
saatnya, peserta dari GLOBAL INTERNASIONAL SCHOOL, Alyssa Saufika !!” tepuk
tangan langsung memenuhi seluruh gedung. Ify menarik nafas panjang lalu
menghembuskannya. Microfone sudahdi tangannya, “ingat, jangan gugup dan berikan
yang terbaik” Miss Winda berkata tegas. Ify langsung mendapat dorongan. Ia naik
ke atas panggung.
***
Ify
muncul dengan dress putih atas lutut dan wedges cream, tak lupa bando putih
keabu-abuan yang ada diatas kepalanya. Ify di make up natural dan rambut
indahnya dibiarkan jatuh di bahu.
Ify menatap penonton. Di kursi penonton ada Mama dan
Papa, Shilla, Via, dan juga… Rio! Ya! memang bukan hanya mereka, teman-teman
lain pun juga berdatangan.
And
this is show time!
I’d like to say we gave it a try
I’d like to blame it all on life
Maybe we just weShil’t right, but
that’s a lie that’s a lie
And we can deny it as we want
But in time our feeling will show
Cause sooner or a later
We wonder why we gave up
The
truth is everyone knows
Almost, almost is never enough
So close to being in love
If I would have know that you
wanted me
The way I wanted you
Than maybe we wouldn’t be two
worlds apart
But right here in each other arms
Here we almost, we almost knew what
love was
But almost is never enough
Ify
mengakhiri penampilannya. Ia sedikit menunduk memberi hormat. Sedikit lega
setelah tampil. Tapi… kenapa tidak ada yang tepuk tangan? Oh my God! Apa penampilan tadi jelek ya?
“PROOKK..!!
PROKK..!! PROKK..!!” sejurus kemudian, barulah tepuk tangan begitu meriah
terdengar. Pasti sebelumnya mereka masih terpukau. Hihi. Ify dapat melihat
wajah bangga Mama dan Papanya, wajah lega dan senang teman-temannya. Juga wajah
Miss Winda yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
***
“Ify darling!!!
Come here dear!!” Miss Winda langsung memeluk Ify erat-erat setibanya di
belakang panggung. Tak perduli Ify yang mulai susah bernafas. Tampaknya ia
terlalu senang,
“that’s so excellent! Tadi itu bener-bener perfect Ify! I know you will
never disappoint me” Miss Winda tersenyum bangga usai melepas pelukannya. Ify
tersenyum lebar menatap gurunya itu,
“thank you so much Miss. Kalo bukan kaShilla Miss juga aku ngga bisa
sebagus tadi” Ify tetep meShildah,
“no problem dear, that’s my duty. Oh, well, your friends are waiting for
you” Ify langsung berbalik mendengar kata-kata Miss Winda. Disana sudah ada
Shilla, Via, Mama, Papa, dan.. that boy!
“Ify Mama bangga banget
sama kamu”
“Papa juga sayang. Kamu
bener-bener sempurna di atas panggung tadi”
“makasih Ma, Pa. Ini
juga kaShilla do’a kalian kok” Mama mengelus rambut Ify sayang,
“hey! You look so
beautiful today. KeShil banget tadi Fy beneran” kata Shilla sambil mengacungkan
dua jempolnya,
“iya Fy, gue tau deh,
pasti lo nyanyi pake hati. Ya nggakk?” Via menaik-turunkan alisnya,
“dih, sok ngerti lo.
Ee… Yo” Rio yang sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka tersenyum. Ify jadi
canggung sendiri,
“bisa ikut gue bentar?”
“ee… ya” Ify mengikuti Rio
dari belakang. Ada apa ini?
-taman-
“Selamet ya Fy, penampilan lo bener-bener keShil tadi.
Gue yakin lo pasti menang deh”
“thank’s Yo. Jadi, lo
mau ngomongin apa?” tanya Ify pelan,
“mm.. this is about my
feel”
“hah? Why?” Ify dapat
melihat jelas Rio menarik nafasnya
dalam-dalam dan menghembuskannya,
“okey, mungkin selama
ini gue munafik Fy, gue cuma bisa diem tanpa bisa ungkapin apa yang gue rasa.
Sebenarnya gue punya rasa yang udah lama gue pendam sejak… gue juga lupa sejak
kapan gue ngerasain ini,” Ify mengerutkan keningnya bingung,
“maksud lo apa sih Yo?
Gue ngga ngerti deh,”
“huuuff… Okey Fy gue to
the point aja. Gue.. sukasamalo” meski kata terakhir diucapkan Rio dengan
sangat cepat, tapi cukup membuat mata Ify melebar dan jantungnya bekerja
ekstra.
“do you want to be my
mine Fy?” Rio menatap Ify dalam. Ify sendiri masih tidak yakin dengan apa yang
terjadi saat ini,
“y.. yes I would”
“makasih Fy” Rio
langsung memeluk Ify. Ify membalas pelukan Rio. Ternyata begini rasanya jatuh
cinta. Rasanya cinta yg terbalaskan, seperti inilah. Tuhan.. ntah dengan apa Ify
dapat menjabarkan perasaannya saat ini.
“kita ke dalam yuk” Ify
mengangguk seraya tersenyum. Rio menggenggam tangan Ify ke dalam.
***
Sedari tadi, nama Ify belum ada di sebutkan. Apa aku
kalah? Tuhan..
“Fy..” suara itu
menyadarkan lamunan Ify. Rio,
“kamu takut?” Ify
mengangguk jujur. Rio tersenyum ke arahnya. Duh, senyumnya menenangkan Ify saat
ini,
“tenang aja, kan kamu
udah ngasih yang terbaik”
“makasih ya Yo” Rio
balas tersenyum dan mengenggam tangan Ify seakan member kekuatan baru.
“Baik, dan yang terakhir,
pemenang juara 1 adalah…”
Please..
please…
“Alyssa Saufika Umari
DARI GLOBAL INTERNATIONAL SCHOOL!!” Ify menganga tak percaya. Semua sahabatnya
sudah heboh saat ini,
“Ify lo menang Fya..”
“ya ampun Ify gue
bangga sama lo”
“selamat Ifyaaa…”
“Fy, ayo maju. You are the winner” buru-buru Ify
membenarkan dressnya dan maju saat mendengar suara Miss Winda. Lengkap sudah
kebahagiaannya hari ini. Ternyata perjuangan selama ini tidak sia-sia. Menunggu
memang menyakitkan. Tapi tetaplah percaya dengan kata hati.
0 komentar:
Posting Komentar