Haluuu… Saya kembali membawa cerpen.
Haha, inilah kebiasaan saya pemirsa, selalu terinspirasi bikin cerita dari
lagu. Kali ini dari lagunya mantan saya Justin Bieber #plakk! Oke fine, lanjut
saja ini dia!! Taraa…
I always knew you were the best
The coolest girl I know
So prettier than all the rest
The star of my show
So many times I wished
You'd be the one for me
But never knew you'd get like this
Girl what you do to me
The coolest girl I know
So prettier than all the rest
The star of my show
So many times I wished
You'd be the one for me
But never knew you'd get like this
Girl what you do to me
Pemuda itu masih terus
menatap seorang gadis yang sedang melatih teman-temannya. Gadis dengan
rambut indah, dan tubuh semampai. Matanya terus mengikuti kegiatan gadis itu.
Diraihnya sebotol minuman isotonic di sebelah tasnya dan ditegak habis. Matanya
masih terus menatap gadis yang ntah sejak kapan mencuri hatinya,
“Yo!” sebuah tepukan di bahunya
mengalihkan pandangannya,
“ah elo Yel ngagetin aja” Rio
-pemuda tadi- mengalihkan pandangannya,
“ngeliatin apaan sih lo?” tanya
Gabriel,
“itu ta..” kata-katanya terhenti
saat melihat si gadis sudah pergi ntah kemana,
“siapa?” tanya Gabriel bingung,
“ah elo sih Yel! Pergi kan jadinya
dia!” kesal Rio sambil meraih tasnya dan pergi,
“lah, kok jadi gue yang disalahin
sih? Lagi PMS tuh anak? Emosian aja, Yo! Woy tungguin gue!!”
***
You're who I'm thinking of
Girl you ain't my runner up
And no matter what you're always number one
Girl you ain't my runner up
And no matter what you're always number one
Rio menatap lanngit-langit kamarnya dengan
telapak tangan sebagai bantalan kepalanya. Wajah gadis itu masih
terbayang-bayang di kepalanya, “kayanya
gue jatuh cinta deh sama dia” gumamnya lalu terkekeh pelan,
“tapi namanya siapa ya? Gue baru
liat dia lagi” ujarnya lagi. Dahinya berkerut,
“ah tanya Iel ajalah besok”
***
“Yel! Yel!” Gabriel langsung berbalik saat mendengar namanya
dipanggil,
“elo Yo. Kenapa? Kangen lo ya sama
gue?” ujarnya kepedean. Langsung saja Rio menoyor kepala Gabriel,
“apa coba! Gue mau nanya nih sama
lo”
“nanya apaan? Biasa juga gue yang
nanya sama lo” maklum, selain terkenal di sekolah karena ketampanan dan
posisinya sebagai kapten tim basket, Rio juga terkenal dengan otaknya yang
jenius. Tak salah jika ia dipilih menjadi ketua OSIS,
“itu lho, mm.. Gimana ya?”
“apaan? Yang jelas dong!”
“itu.. Lo tau nggak, cewe yang
ngelatih tim cheers? Ngga tau sih gue dia kapten tim cheers ato apa? Yang pasti
gue baru ngeliat dia hari ini” Gabriel mengelus-elus dagunya. Mencoba berfikir
siapa gadis yang dimaksud Rio itu,
“aha!” Gabriel menjetikkan jarinya,
“tau Yel?” tanya Rio antusias,
“nggak”
“ck! Gue serius nih..”
“hehe, iya iya gue tau. Dia Ify, Ify
tuh sepupu gue” jawab Gabriel santai,
“ah seriusan lo? Masa dianya cantik
lo butek begini”
“dih, udah sukur lo gue kasih tau
malah ngehina”
“hehe, piece Yel. Trus, trus, Ify
kelas berapa? Dia berartu ngegantiin Angel kapten cheers dulu dong”
“iya, dia yang ngegantiin. Ify ya
sama kaya kita kelas XI. Tapi dia XI-2,
tapi lo musti tau Yo, Ify tuh anaknya dingin banget lho” Rio mengerutkan
dahinya bingung,
“dingin? Maksud lo?”
“iya dingin, nih ya, Ify tuh ngomong
ngirit, trus juga kalo masalah cowo dia baru sekali pacaran. Trauma sih
katanya, karena dulu dia punya mantan namanya Debo selingkuh dan kepergok sama
Ify, yaudin” jelas Iel panjang lebar. Rio manggut-manggut tanda mengerti,
“tapi kok, lo tau banget sih Yel
soal Ify?”
“wong gue sepupunya gimana sih?”
“yaudahlah thank’s banget sob. Kelas
yuk!”
“marree..” mereka berdua pun
berjalan menuju kelas mereka. IX-1.
***
My prize possession
One and only
Adore ya girl I want ya
The one I can't live without
That's you that's you
One and only
Adore ya girl I want ya
The one I can't live without
That's you that's you
Rio
berjalan menuju perpustakaan. Ya, ini pertama kalinya ia menghabiskan jam
istirahat ke perpustakaan. Biasanya kalau tidak di kantin ya lapangan basket.
Tapi kenapa kali ini perpustakaan? Ya! Karena ia akan mengejar sang pujaan
hati.
Menurut penjelasan dari Iel, Ify
suka ke perpustakaan kalau istirahat.
Rio
masuk dengan santai ke dalam ruangan yang sepi itu. Disana hanya ada penjaga
perpustakaan, Ify, dan seorang anak cewe. Dilihatnya Ify yang sedang focus
dengan buku yang dibacanya. Rio mengangkat bahunya lalu mengambil sebuah buku
yang ntah apa judulnya.
Rio
duduk di kursi depan Ify. Masih di meja yang sama. Gadis itu diam, sepertinya
ia terlalu asyik dengan bukunya sampai-sampai tak menyadari kehadiran Rio,
‘duh, gimana caranya ya?’ batin Rio bingung,
“mm.. Hey” sapanya garing. Ify
mengangkat wajahnya dan mengalihkan pandangannya dari buku ke Rio. Ia menoleh
ke kanan dan kiri,
“lo ngomong sama gue?” tanyanya,
“i.. iya gue ngomong sama lo lah”
Rio tersenyum. Ify hanya manggut-manggut lalu kembali membaca. Ini pertama
kalinya ada gadis yang tidak terpesona dengan senyumnya, menakjubkan!
“mm.. Kenalin gue Rio” Rio
mengulurkan tangannya,
“Ify” Ify menjawab tanpa menjabat
tangan Rio. Ia kembali membaca. Hey Ify! Tidakkah kau lihat aku yang tampan ini
dihadapanmu. Oh Tuhan..
‘ya ampun sumpah nih cewe
bener-bener ngga biasa!’
KRRRIIINNGG…!!!
Bel masuk berbunyi. Ify langsung
bangkit dari duduknya, “gue duluan ya” gadis itu melangkahkan kakinya keluar
ruangan,
“eh, adduh! Gila banget gue kagok
depan cewe gitu. Ah! Payah nih!”
“hey kamu! Masuk sana! Nggak dengar
bel ya?” bentak si Ibu penjaga perpustakaan,
“eh, i.. iya Bu”
***
“Ahahah…
Sumpah Yo lucu banget lo, ahaha…”
“iya, ketawa aja lo terus sampe
puas” kata Rio kesal. Ia baru saja menceritakan kejadian di perpus tadi,
“haha, sorry Yo sorry. Abis lo lucu
sih, kan gue udah bilang sama lo, yaa.. Ify emang agak susah. Tapi lo coba
usaha lagi aja deh” Gabriel menepuk-nepuk pundak Rio,
“ya iya. Biasanya tuh cewe-cewe pada
melting gue senyumin, nah Ify? Cool mamen, diem doing. Ah gila aja” Rio
geleng-geleng mengingat tingkah Ify tadi.
“pede banget lo”
“kenyataan kali. Tapi liat aja, gue
yakin gue bisa naklukin Ify”
You're my special little lady
The one that makes me crazy
Of all the girls I've ever known
It's you, it's you
My favorite, my favorite
My favorite, my favorite girl
My favorite girl
The one that makes me crazy
Of all the girls I've ever known
It's you, it's you
My favorite, my favorite
My favorite, my favorite girl
My favorite girl
Rio merenung di balkon kamarnya ditemani gitar kesayangannya. Ia memabayngkan
wajah seorang gadis yang sudah dapat ditebak siapa, “huff.. Ify emang
bener-bener bikin penasaran. Gue pake cara apa lagi ya ngedeketin dia?”
pikirnya bingung. Pasalnya, dari dulu selalu saja cewe yang mengejar Rio, bukan
Rio yang mengejar mereka,
“haish! Bisa gila gue kalo tiap hari
mikirin lo Fy!” Rio mengacak-acak rambutnya frustasi.
You're used to going out your way
To impress these Mr. Wrongs
But you can be yourself with me
I'll take you as you are
I know they said believe in love
Is a dream that cant be real
So girl let's write a fairytale
And show 'em how we feel
To impress these Mr. Wrongs
But you can be yourself with me
I'll take you as you are
I know they said believe in love
Is a dream that cant be real
So girl let's write a fairytale
And show 'em how we feel
Rio
berjalan dengan santainya menuju kelas. Kelasnya sedang jam kosong, ntah kenapa
tidak ada guru pengganti. Ia baru saja dari kamar mandi. Tapi tak sengaja
dilihatnya Ify yang sedang membawa setumpuk buku-buku seorang diri. This is
show time! Rio mulai beraksi, ia menghampiri Ify,
“mm… Boleh gue bantu?” tanyanya agak
ragu,
“ngga usah makasih” Ify menjawa
dengan dingin,
“mm.. Tapi lo repot lho. Ntar kalo
jatoh gimana, ini buku-buku temen lo kan?” Rio masih keukeuh. Ify tampak
terdiam sebentar,
“mm.. Yaudah deh boleh. Tapi emang
lo nggak ke kelas?”
“kelas gue kosong” Rio mengambil
setengah dari tumpuka buku di tangan Ify,
‘yes!’
***
“Iel
my brooo….” dengan semangatnya Rio duduk di sebelah Gabriel,
“dari mana aja lo? Ke toilet aja
setaun”
“lo ngga tau sih! Gue baru aja
berhasil menaklukkan hati seseorang”,
“Ify?” Rio menjentikkan jarinya,
“ooh. Ngapain lo emang?”
“bantuin dia bawain buku
temen-temennya. Keren dong guee… Gentle gitu lho”
“dih apa coba! Basi!”
“sirik aja lo ah!”
“ngga tuh”
***
Bel
istirahat berbunyi. Semua murid-murid langsung berhamburan ke kantin. Rio
menghentikan langkahnya saat di depan
kantin,
“nape lo?” tanya Iel bingung,
“bentar. Lo duluan aja deh, misi
selanjutnya akan berlangsung nih” tanpa menunggu jawaban Gabriel, Rio langsung
berlari duluan,
“tuh anak..” ia geleng-geleng dan
ikut masuk mencari kursi.
***
My prize possession
One and only
Adore ya girl I want ya
The one I can`t live without
That's you that's you
You're my special little lady
The one that makes me crazy
One and only
Adore ya girl I want ya
The one I can`t live without
That's you that's you
You're my special little lady
The one that makes me crazy
“Ehm,
gue boleh gabung?” suara seseorang mengalihkan pandangan Ify yang sedang
memakan baksonya sendirian. Ia hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. Orang
itu –Rio- duduk di kursi di depan Ify,
“mm.. Kemaren lo belum nyebutin nama
lo. Nama lo siapa?” tanya Rio hati-hati,
“Ify” Rio manggut-manggut,
‘basi banget pertanyaan gue’
“mm.. Kok sendirian aja Fy?
Temen-temen lo pada kemana?”
“pada sama pacarnya” jawabnya
singkat,
“lo sendiri ngga punya pacar? Padahal
lo cantik lho” Rio mencoba memuji Ify. Dan reaksi Ify? Siapa sangka Ify
tersenyum manis. Miracle!
“thank’s, tapi gue belum mikir buat
itu”
“oowh..”
“mm.. Gue duluan ya, ee..”
“Rio” Rio menyambung kata-kata Ify,
“ah iya Rio, sorry gue lupa. Gue ke
kelas ya”
“oh, i.. Iya” Ify bangkit dari
duduknya dan meninggalkan Rio yang sudah tak tertebak ekspresinya seperti apa
saat ini.
***
Of all the girls I've ever known
It's you, it's you
My favorite, my favorite
My favorite, my favorite girl
My favorite girl
Baby it's you
My favorite, my favorite
My favorite, my favorite girl
My favorite girl
It's you, it's you
My favorite, my favorite
My favorite, my favorite girl
My favorite girl
Baby it's you
My favorite, my favorite
My favorite, my favorite girl
My favorite girl
Rio
belum pulang. Ia baru saja membantu Pak Duta memeriksa ulangan fisika anak-anak
kemaren, “ajegile cape parah guee.. Mana
si Iel udah pulang lagi. Ck!” ia berdecak kesal,
“waw! Sambil menyelam minum air.
Ternyata ada Ify disitu, assiikk…” langsung saja Rio menrapikan kembali bajunya
dan menghampiri Ify.
“hey, belum pulang?” tanya Rio
basa-basi. Ia duduk di kursi sebelah Ify. Mereka sedang berada di kantin,
“lo liat?”
“ya belum sih. Ngerjain apaan sih?”
Rio melirik buku tulis Ify. Ify menunjuk dengan dagunya,
“lo ngga ngerti?” Ify menggeleng
lemah,
“mau gue ajarin?” Ify menatap Rio
ragu,
“lo bisa?”
“yee.. Lo ngeremhin Fy, gini-gini
gue jago fisika lagi,”
“hehe, sorry. Ini nih nomor 3, 4,
sama 5” Rio menggeser buku tulis Ify,
“oohh.. Gini nih, kalo nomor 3 lo cari dulu kuat arusnya,
setelah dapet baru pake rumus yang ini. Kerjain dulu deh” Rio sedikit mencoret
buku Ify,
“bentar..” Ify mencoba mengerjakan
soal tadi,
“jadi hasilnyaaa… Aaa!! 360 joule
yaa!” katanya senang,
“nah tuh tau. Nomor 4 sama 5 gitu
juga caranya”
“oohh.. Ya ya..”
30 menit kemudian…
“ahahah… Udah ah Yo! Lama-lama sakit
perut gue denherin lo ngelucu terus”
“gue kan humoris Fy. Buktinya, gue
ganteng kan?”
“dih, ngga nyambung lo!” Ify menoyor
kepala Rio,
“hahah...”
“gue mau pulang nih, lo ngga pulang
Yo?” tanya Ify seraya menggendong tasnya. Sedari tadi PRnya sudah selesai, tapi
belum jadi pulang karena Rio asik bercanda,
“eh, gue anterin aja deh fy. Ngga
baik lo cewe pulang sendirian udah sore banget gini” Rio ikut berdiri
“mm… Ngga usah deh Yo, ntar gue
ngerepotin banget lagi”
“nggak kok beneran deh. Mau ya?”
“bener ngga papa”
“iya Ify cantik” pipi Ify langsung
memerahs saat mendengar pujian Rio barusan,
“Fy..”
“eh iya Yo. Ee.. Yaudah deh boleh,
thank’s ya sebelumnya”
“that’s oke Fy” mereka pun berjalan
menuju parkiran.
***
Ify
melemparkan tubuhnya ke tempat tidurnya. Rio baru saja mengantarkannya. Ntah
kenapa sejak tadi senyum manis tak hilang dari wajah manisnya, “kok gue seneng
banget ya bareng Rio?” gumamnya,
“apa gue jatuh cinta? Tapi cepet
banget”
“tapiii.. Kayanya gue suka sama dia”
***
Ify
melangkahkan kakinya ke dalam sekolah. Ia baru saja tiba pagi ini. Sepertinya
terlalu pagi. 06:15,
“Hey Fy!” merasa dipanggil, Ify
menoleh,
“eh, hai Yo” sapa Ify balik,
“iya. Lo kalo dateng pagi jam segini?” tanya
Rio,
“ngga sih, ini juga kepagian”
‘eh, kok Ify ngga jutek ya sama gue?
Ahayde! Asekk..’
“Rio!”
“eh, y.. Ya Fy?”
“kelas lo udah praktek biologi
belum? Kok kelas gue ngga jadi-jadi ya?”
“mm.. Kan katanya Bu Okky keluar
kota Fy”
“oh gitu. Eh kelas yuk!”
“oke, oh ya, ntar istirahat gue
tunggu di kantin ya”
“sip!” Ify mengacungkan jempolnya
setuju.
***
Bel
istirahat berbunyi dengan nyaringnya. Ify segera merapikan buku-bukunya dan
beranjak dari kursinya,
“eh, Fy, mau kemana?” tanya Via yg
duduk di meja sebelah Ify,
“kantinlah, mau ikut?”
“ngga deh, gue kan mau ke kelasnya
Iel, hehe” Ify melengos,
“ya, pacaran dah lo sono. Bye
Viaaa..”
“bye!!” Ify segera keluar kelas
meninggalkan Via yang masih sedikit bingung dengan sikapnya hari ini,
“ngga biasanya Ify ke kantin, biasa
juga perpus” gumamnya,
“ah tapi baguslah!” Sivia pun ikutan
keluar kelas.
***
Rio
menunggu Ify di kantin. Ia duduk di meja tempat ia dan Iel biasa makan. Tadi,
saaat Gabriel ingin gabung malah diusirnya dan disuruh pacaran sama Via.
Katanya, “gue lagi nunggu special guest” special guest?
“hai Yo!” suara seorang gadis
membuyarkan lamunan Rio, ‘itu dia special guest gue’
“eh, Fy. Duduk” Ify tersenyum dan
langsung duduk di depan Rio,
“kok lo sendiri Yo?” tanyanya,
“hah? Ee.. Si Iel mau pacaran
katanya sama Via, hehe. Jadi dia ngga mau di ganggu. Oh iya, pesen apa Fy?”
“bakso aja deh”
“Bu! Bakso dua ya!” si penjual di
stand bakso mengangguk dan segera membuat bakso pesanan Rio,
“oohh.. Pantes tadi Via ngga mau gue
ajak” ujar Ify,
“kan bagus Fy kita bisa bedua”
ceplos Rio asal,
“apa Yo?”
“hah? Ng.. nggak. Emang gue ngomong
apa tadi?”
“ooh..” Ify Cuma manggut-manggut.
Rio selalu canggung jika di depan Ify. Tak pernah ia canggung ia di depan cewe,
“ini mas pesanannya”
“oh iya makasih Bu. Dimakan Fy” Ify
tersenyum seraya menarik mangkuk baksonya,
“ehm, Fy, minggu ini tim basket gue
latihan lho buat pertandingan minggu depan. Tim cheers lo nggak?” tanya Rio
sambil mengaduk-aduk baksonya. Ify menelan bakso di mulutnya lalu mulai
berbicara,
“iya. Oh iya, lo kapten basket ya
Yo?” Rio hanya mengangguk. Tak ingin bersikap narsis seperti biasanya dihadapan
gadis ini,
“hebat lo ya. Jadi kapten tim basket
kan susah” Rio hanya tersenyum berusaha merendah.
DEG!
Tiba-tiba saja jantung Ify berdetak
berkali-kali lebih cepat seperti biasanya. Ify memegang dadanya, ‘aduh! Gue
kenapa nih? Masa sih gara-gara Rio’
“Fy..” tak ada jawaban,
“Ify!” Ify masih tak bergeming,
“ALYSSA SAUFIKA!”
“hah? Eh, i.. iya Yo. Kenapa?” tanya
Ify gelagepan,
“lo kenapa sih? Ngelamun lagi,
mikirin gue yaa?” goda Rio usil,
“ih, apaan sih! Ngga lagi”
“ya trus kenapa?”
“ngga papa. Udah ah makan lagi”
“ngaku deh Fy.. Lo mikirin gue
kaann??” Rio menaik turunkan alisnya. Ify menatapnya lalu tertawa kecil,
“yah, serah lo lah!”
“yes! Gue menang, hehe” Rio malah
nyengir kuda, menampakkan gingsul di ujung giginya,
“mm.. Minggu gue jemput ya Fy?”
tanya Rio ragu-ragu,
“ee… Ntar ngerepotin lo lagi”
“ngga lagi, apaan sih Fy. Masa gitu
aja ngerepotin, gue yg nawarin ini” Ify pun mengangguk setuju,
‘misi gue berhasil!’
***
Hari
Minggu. Sebenarnya hari ini ingin digunakan Ify untuk bersantai di rumah,
nonton TV sepanjang hari ditemani cemilan, atau segala jenis kegiatan yg
dilakukan di rumah. Tiap Minggu, ntah kenapa Ify lebih senang stay di rumah dari pada keluar, kecuali
jika sedang mood.
Tapi hari ini, ia ingat harus
latihan bersama timnya. Huff.. Ify segera mengganti bajunya dengan pakaian yg
lebih nyaman di pakai, lalu turun.
Drrtzz.. drttzz..
Ify merogoh tasnya dan meraih iPhone
miliknya. Ada 1 sms
---
From: Rio
Fy, gue udh nyampe d depan rumah lo
nih
---
Ify memutuskan untuk tidak membalas
dan segera turun.
Dari
pintu rumahnya, Ify dapat melihat Rio yg sedang bersandar pada caviganya sambil
memutar-mutar kunci motornya, ‘ih! Kok gue jadi kesemsem banget ya sama Rio’
Ify senyam-senyum gak jelas,
“hey Fy, kok masih disini?” suara
Mama mengagetkan Ify,
“eh, Mama ngagetin aja” Mama lalu
mengikuti arah pandang Ify. Beliau tersenyum seakan mengerti,
“siapa tuh Fy? Pacar kamu ya?” goda
Mama,
“hah? Ih, Mama apa deh. Nggalah, itu
temen Fy, namanya Rio”
“temen apa temeen? Ganteng kok Fy,
anaknya juga kayanya baik deh, lebih juga ngga papa kok Fy” wajah Ify langsung
memerah mendengar kata-kata Mamanya,
“ih Mama udah deh, aku pergi dulu
ya” Ify mengecup pipi Mamanya,
“eh Fy”
“kenapa Ma?” Ify langsung berbalik.
Mamanya mendekati Ify lalu berbisik,
“ntar kalo udah jadi jangan lupa
kasih tau Mama”
“Mama iih….”
“udah ah, udah nungguin tuh
pangerannya” daripada Mamanya menggoda Ify terus, Ify langsung menghampiri Rio
yg masih setia menunggunya.
“Hai Yo!”
“eh, hai
Fy!..” tiba-tiba Mata Rio menangkap Mama Ify yang sedang berdiri menyandarkan
bahu kanannya di ambang pintu rumah,
“siang Tante. Saya izin bawa Ify ya
Tante” ujar Rio sopan, seraya menyunggingkan senyum terbaiknya,
“iya. Ngga dibalikin juga ngga papa
kok” Mama Ify balas tersenyum,
“Mama udah deh!” ambek Ify lagi,
“kita berangkat ya Tante”
“Ify berangkat Ma!”
“hati-hati!”
***
You take my breath away
With everything you say
I just wanna be with you
My baby my baby oh
Promise to play no games
Treat you no other way
Than you deserve 'cause you're the girl of my dreams
With everything you say
I just wanna be with you
My baby my baby oh
Promise to play no games
Treat you no other way
Than you deserve 'cause you're the girl of my dreams
Rio
dan Ify tiba di sekolah. Semua mata langsung tertuju pada mereka. Ntah mereka
sadar pun ntah tidak. Sang kapten tim basket berjalan berdampingan dengan
kapten tim cheers. Mereka terlihat sangat sserasi. Sampai fans-fans Rio pada
jealous semua,
“hey Yo! Fy!” Sivia dan Gabriel
menghampiri mereka,
“disini juga Vi?”
“iya nemenin Iel”
“makin lengket aja dah lo bedua”
kata Gabriel sambil menyenggol lengan Rio,
“apaan sih Yel” pipi Ify memerah,
“haha. Pipi lo merah tuh Fy”
“ngga mulai deh Via”
“hehe, damai Fy”
“udah ah gue ganti dulu, duluan Fy!
Yel, Vi!”
“gue juga deh” Ify ikut meninggalkan
mereka,
“Rio! Ify!” suara Gabriel
menghentikan langkah keduanya yang memang tidak
berjalan berdampingan. Refleks mereka berbalik, “kalian gantinya nggak bareng
kan?” keduanya langsung ternganga dan serempak mengatakan,
“SOMPLAK!”
***
“Five,
six, seven, eight! One, two, three four five six seven eight! Oke good” Ify
lalu menghentikan gerakannya. Ia mengipas-ngipas tubuhnya dengan sebelah
tangan, “huuuff… Panas banget gilak! Guys! Break dulu ya!” Ify lalu melangkah
menuj uruang ganti. Dimana disana ada botol minumnya.
“Ahh…
Lega..” Ify menutup botol air mineralnya. Ia memasukkan kembali ke dalam tas
lalu kembali ke lapangan.
Tapi.. Lho! Lapangan sepi sama sekali tak ada orang. Ify jadi bingung sendiri, “kan tadi guue ngomongnya break bentar. Kenapa pada pulang?” tanyanya bingung. Ia berjalan ke tengah lapangan basket indoor itu, “Viaa..!! Rioo..!! Gabriel..!! Hello guys! Pada kemana coba?”
Tapi.. Lho! Lapangan sepi sama sekali tak ada orang. Ify jadi bingung sendiri, “kan tadi guue ngomongnya break bentar. Kenapa pada pulang?” tanyanya bingung. Ia berjalan ke tengah lapangan basket indoor itu, “Viaa..!! Rioo..!! Gabriel..!! Hello guys! Pada kemana coba?”
DUK!
Suara bola basket yang jatuh dari
atas refleks membuat Ify berbalik. Ify kaget bukan main saat disana sudah
tertera spanduk kuning dengan tulisan merah yang isinya; DO YOU WANT TO BE MY
GIRLFRIEND?
Ify semakin bingung. Siapa yang
menembaknya. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Siapa ‘dalang’ dari
semua ini?
“Ify…” tak lama, muncullah Rio.
Masih dengan baju basketnya dan rambut yang acak-acakan. Ntah kenapa menurut
Ify tatanan rambut Rio membuatnya terlihat lebih… keren.
“Ri.. Rio”
“gue emang bukan cowo romantis Fy.
Gue hanya Rio. Rio yang saat ini jatuh cinta sama lo. So.. would be my
girl?”speechelas. Bagaimana tidak? Rio menembaknya secara tiba-tiba dan tak ada
tanda apa-apa. Ya ampun… Jantung Ify rasanya sudah melompat kenana-mana,
“mm… Gu.. Guee.. I.. I would” Ify
tersenyum manis. Hati Rio langsung lega rasanya. Ternyata cinta dan
perjuangannya tidak berakhir sia-sia. Lantas Rio langsung memeluk Ify,
“makasih, makasih Fy” Ify hanya tersenyum dalam pelukan Rio,
“CIEEEE… YANG UDAH JADIAN!!”
“PEJEE!! PEJE!!”
“HAHAH….”
Epilog
Tim
basket Harapan Bangsa tampak sudah sangat siap. Mereka sudah melakukan berbagai
latihan dan persiapan sebelum pertandingan ini. Ya, ini adalah final mereka melawan
Bakti Purnama. Tim mereka yang diketuai oleh Mario Stevano Aditya Haling.
Sama
halnya dengan tim cheers. Mereka sudah siap dengan`pom-pom di tangan
masing-masing. Sejak tadi, mereka terus melakukan pemanasan dan berlatih, tim
cheers Harapan Bangsa memang paling terkenal dan sering menjuarai berbagai
lomba. Diketuai oleh Alyssa Saufika Umari.
“Rio!”
Rio yang sedang melakukan pemanasan langsung berbalik saat namanya dipanggil,
“Ify? Ada apa?” tanyanya,
“ng.. Nggak. Kamu semangat ya! Aku
dukung kamu terus lho” Ify tersenyum manis,
“pasti dong, kamu juga”
“aku duluan ya” sebelum meninggalkan
lapangan, Ify mendaratkan kecupan di pipi kanan Rio dan langsung berlari. Rio
hanya terdiam sambil senyam-senyum memegangi pipinya.
Inilah cinta, tidak dapat ditebak bagaimana awal dan
akhirnya. Memang benar, perjuagangan tidak akan pernah mengkhianati setiap
usaha kita
Kayanya agak berantakan deh nih
cerpen abal. Apa lagi bagian lagunya tuh! Ampun dah! Tapi ya sudahlah, thank’s kalo
ada yang mau baca, hiks.. Keep comment J
inilah cinta tidak dapat di tebak bagaimana awal dan akhirnya.. yaps cinta datang tanpa di minta tetapi susah untuk pergi bahkan tak mau pergi sehingga orang terjebak dalam sebuah kata masih cinta..
BalasHapuskeren nih keren.. semangat nulis yaa!
gue nitip link yaa.. kalau mau berkunjung juga boleh
obat kista tradisional.
obat pelangsing herbal
terimakasih sebelumnya